Biografi
B.J Habibie (filsafat Tekologi Indonesia)
1 BIODATA
B.J.HABIBIE
- Nama lengkap : Bacharudin Jusuf Habibie
- Tempat lahir : Parepare, Sulawesi Selatan
- Tanggal lahir : 25 Juni 1936
- Kebangsaan : Indonesia, Jerman (kehormatan)
- Istri : Hasri Ainun Besari
- Profesi : Insinyur, Tokoh politik, Industrialis penerbangan
- Agama : Islam
2 BIOGRAFI
B.J HABIBIE
Habibie lahir di kota Parepare, Sulawesi
Selatan pada tanggal 25 Juni 1936. Ayahnya bernama Alwi Abdul Jalil Habibie,
merupakan seorang ahli pertanian dari Gorontalo sedangkan Ibunya bernama R. A.
Tuti Marini Puspowardojo berasal dari Yogyakarta. Pada tanggal 12 Mei 1962, ia
menikah dengan Hasri Ainun Besari, yang merupakan teman masa kecilnya. Keduanya
kemudian dikaruniai dua orang anak, yaitu Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal
Habibie. Ainun sendiri akhirnya meninggal pada 22 Mei 2010 lalu di kota
Munchen, Jerman di usia yang ke 72 tahun.
- Sekolah dan Pendidikan BJ Habibie Saat kuliah, Habibie mengambil jurusan Teknik Mesin di Universitas Indonesia Bandung atau yang sekarang lebih dikenal dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). Setelah lulus, ia mulai mempelajari tentang penerbangan di Universitas Delft di Belanda, namun karena masalah politik antara Indonesia dan Belanda, ia kemudian melanjutkan studinya di RWTH Aachen, Jerman dengan mengambil spesialisasi konstruksi pesawat terbang. Habibie kemudian menyelesaikan pendidikannya di Jerman pada tahun 1960 dan mendapat gelar Diplom-Ingenieur.
- Pekerjaan BJ Habibie di Jerman Setelah lulus pendidikan di Aachen, ia terus menetap di sana sebagai asistan penelitian Hans Ebner. Ia kemudian menikah dan membawa istrinya ke Jerman. Mereka lalu menetap di kota Oberforstbach dan Habibie bekerja sebagai penasehat perusahaan otomotif. Pada tahun 1965, ia berhasil mendapatkan gelar Doktor der Ingenieurwissenschafter dan melanjutkan penelitian Thermoelastisitas bersama Hans Ebner. Hasil tesisnya kemudian juga menarik sejumlah perusahaan besar, seperti Boeing dan Airbus. Ia kemudian bekerja dengan Messerchmitt-Bolkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan di kota Hamburg, Jerman hingga ia dipromosikan pada jabatan wakil presiden perusahaan. Ia kemudian mengembangkan teori termodinamis, konstruksi dan aerodimanis, yang masing-masing kemudian dikenal dengan istilah Habibie Factor, Habibie Theorem dan Habibie Method.
- Karir Politik BJ Habibie Di tahun 1974, presiden Indonesia saat itu, Soeharto merekrut Habibie untuk memimpin pengembangan industri di Indonesia. Habibie kemudian diberi jawabatan sebagai CEO dari Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Di tahun 1978, Habibie juga diangkat sebagai Menteri Riset dan Teknologi Indonesia. BJ Habibie juga berperan dalam pengembangan industri dalam negeri. Karena menjadi bagian dari pemerintahan Soeharto, Habibie juga termasuk dalam bagian partai politik Golongan Karya (Golkar). Pada tahun 1998, ia menjadi wakil presiden dari Soeharto. Namun jabatannya ini hanya berlangsung singkat, karena pada tahun yang sama ia juga diangkat menjadi presiden.
- Masa Kepresidenan BJ Habibie Pada 21 Mei 1998, Habibie resmi dilantik sebagai presiden Republik Indonesia yang ketiga. Ia menggantikan presiden sebelumnya, Soeharto yang mengundurkan diri karena desakan dari mahasiswa dan masyarakat di masa orde baru. Kondisi negara saat itu memang sedang kacau balau dan diperparah adanya krisis ekonomi. Masa jabatan BJ Habibie sendiri akhirnya berakhir pada tanggal 20 Oktober 1999. Hal ini berarti ia menjadi presiden Indonesia dengan masa jabatan tersingkat, yaitu 1 tahun 5 bulan. Meski begitu, ia mampu membuat kebijakan dan memberikan kontribusi penting bagi negeri. Di antaranya yaitu membuat peraturan kebebasan beraspirasi bagi masyarat serta mampu menguatkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika.
Keluarga dan Anak BJ Habibie
- Ayah BJ Habibie : Alwi Abdul Jalil Habibie
- Ibu BJ Habibie : R. A. Tuti Marini Puspowardojo
- Istri BJ Habibie : Hasri Ainun Besari
- Anak pertama BJ Habibie : Ilham Akbar Habibie
- Anak kedua BJ Habibie : Thareq Kemal Habibie
Pengukuhan
Doktor Honoris Causa bidang Filsafat kepada BJ Habibie oleh Universitas
Indonesia (UI) mendapat berbagai apresiasi dan pertanyaan menggelitik.
Bagaimana seorang ahli pesawat terbang dikukuhkan sebagai Doktor Honoris Causa
di bidang Filsafat. Apalagi, selama ini filsafat teknologi masih jauh mendapat
tempat dalam khazanah sejarah filsafat jika dibandingkan dengan filsafat
pendidikan. Namun, bagi pemerhati filsafat pendidikan di UI, mungkin saja
menangkap benang merah adanya keterkaitan filsafat pendidikan pragmatis John
Dewey dan filsafat sosial teknologi Juergen Habermas (meskipun masih
samar-samar) dalam diri BJ Habibie.Pengalaman pendidikan memberikan
inspirasi dan memengaruhi pemikiran Habibie bahwa ilmu pengetahuan harus dapat
diterapkan dalam kehidupan nyata. Hal ini selaras dengan pandangan John Dewey,
seorang filsuf pragmatis yang menekankan tugas filsafat adalah memberikan acuan
bagi perbuatan dalam kenyataan hidup. Karena itu, filsafat tidak boleh
tenggelam dalam pemikiran metafisis saja.Filsafat harus
berpijak pada pengalaman dan menyelidiki serta mengolah pengalaman itu secara
aktif-kritis. Bisa saja, berlandaskan pengalaman itu, Habibie memiliki
keyakinan untuk menjadi negara maju tidak selalu perlu melewati ‘tahap-tahap’
pembangunan, yakni pertanian/agraris industri pengolahan pertanian, manufaktur,
industri teknologi rendah/menengah, baru ke teknologi tinggi. Ia mengemukakan
teori pembangunan ekonomi negara yang berbeda, yakni ‘dari negara agraris
langsung melompat ke tahap negara industri teknologi tinggi’. Keberhasilan ini
menjadi alasan pengakuan terhadap BJ Habibie sebagai Bapak Teknologi Indonesia.Kita juga bisa
membandingkan dengan pemikiran filsuf Jerman, Juergen Habermas, yang berbicara
tentang terbentuknya masyarakat emansipatif dan rasional. Usaha ini melahirkan
tesis tentang keterkaitan antara pengetahuan dan kepentingan manusia. Tentang
hal ini, Habermas mempostulasi keberadaan tiga kepentingan manusia yang
berakar. Tiga kepentingan ini adalah: teknis, praktis, dan emansipatoris.Maksud dari
pengertian tiga kepentingan tersebut adalah kepentingan yang membentuk
pengetahuan dalam kontrol teknis terhadap alam; dalam memahami orang lain; dan
dalam membebaskan diri dari struktur-struktur dominasi. Habermas menilai,
keinginan menguasai alam berubah menjadi hasrat mendominasi manusia lain. Untuk
memperbaiki penyimpangan ini, Habermas menekankan rasionalitas yang inheren
dalam kepentingan praktis dan emansipatoris. Dia menegaskan, dasar rasional
untuk kehidupan bersama hanya dapat diraih ketika hubungan sosial diatur
menurut prinsip; validitas konsekuensi politis bergantung pada kesepakatan
dalam komunikasi yang bebas dari dominasi. Secara tersirat kita bisa
menyimpulkan di sanalah demokrasi yang ingin diperjuangkan.Bisa jadi, ini
menjadi salah satu alasan mengapa BJ Habibie di era kepresidenannya sangat bersikap
rasional, demokratis, dan praktis. Yang jelas, beliau dipandang sebagai Bapak
Demokrasi Indonesia.
Comments
Post a Comment